BAHAYA NARKOBA
Pada
dasarnya akibat penyalahgunaan narkoba dapat dibagi menjadi akibat fisik dan
psikis. Akibat yang terjadi tentu tergantung kepada jenis narkoba yang
digunakan, cara penggunaan, dan lama penggunaan.
Beberapa akibat fisik ialah kerusakan otak,
gangguan hati, ginjal, paru-paru, dan penularan HIV/AIDS melalui penggunaan
jarum suntik bergantian. Sebagai contoh, sekitar 70 persen pengguna narkoba
suntikan di Cina tertular HIV/ AIDS. Di Indonesia, sejak beberapa tahun
terakhir ini jumlah kasus HIV/AIDS yang tertular melalui penggunaan jarum
suntik di kalangan pengguna narkotik tampak meningkat tajam. Akibat lain juga
timbul sebagai komplikasi cara penggunaan narkoba melalui suntikan, misalnya
infeksi pembuluh darah dan penyumbatan pembuluh darah.
Di samping akibat tersebut di atas, terjadi juga
pengaruh terhadap irama hidup yang menjadi kacau seperti tidur, makan, minum,
mandi, dan kebersihan lainnya. Lebih lanjut, kekacauan irama hidup memudahkan
timbulnya berbagai penyakit.
Akibat psikis yang mungkin terjadi ialah sikap
yang apatis, euforia, emosi labil, depresi, kecurigaan yang tanpa dasar,
kehilangan kontrol perilaku, sampai mengalami sakit jiwa.
Akibat fisik dan psikis tersebut dapat menimbulkan akibat lebih jauh yang mungkin mengganggu hubungan sosial dengan orang lain. Bahkan acapkali pula merugikan orang lain. Sebagai contoh, perkelahian dan kecelakaan lalu lintas yang terjadi karena pelaku tidak berada dalam keadaan normal, baik fisik maupun psikis.
Penggunaan narkoba dapat menimbulkan
ketergantungan. Ketergantungan terhadap narkoba ternyata tidak mudah diatasi.
Meski cukup banyak remaja yang berjuang untuk keluar dari ketergantungan
narkoba, acap kali mereka jatuh kembali. Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah
meluncurkan program substitusi obat dengan menggunakan metadon. Diharapkan
dengan pemberian metadon ini penggunaan narkoba suntikan dapat dikurangi atau
dihentikan. Penggunaan narkoba suntikan amat berisiko menularkan penyakit
Hepatitis C dan HIV.
Penelitian di RS Cipto Mangunkusumo mendapatkan
angka kekerapan Hepatitis C di kalangan pengguna narkoba suntikan mencapai 77
persen. Sedangkan kekerapan HIV pada pengguna narkoba suntikan di Indonesia
berkisar antara 60 persen sampai 90 persen.
Setelah beban fisik pengguna narkoba suntikan dapat
diatasi, maka masih ada beban psikologis dan sosial. Beban psikologis dan
sosial ini kadang-kadang amat berat sehingga dapat menyebabkan remaja kambuh
kembali menggunakan narkoba suntikan. Oleh karena itu, perlu diwujudkan
lingkungan yang mendukung. Di Indonesia lingkungan yang paling penting adalah
keluarga. Kesediaan keluarga untuk menerima remaja yang pernah menggunakan
narkoba suntikan di tengah keluarga merupakan dukungan yang amat berharga.
Sebagian remaja dapat meneruskan pendidikannya dan memperoleh pekerjaan. Namun,
sebagian lagi tak mungkin meneruskan sekolah dan harus menghadapi kenyataan
bahwa mereka harus berjuang untuk hidup dengan bekal pendidikan yang terbatas.
Hendaknya kita dapat meningkatkan berbagai
potensi yang ada di tengah masyarakat. Kita perlu bergandeng tangan untuk
mencegah remaja menggunakan narkoba.
Adapun bagi remaja yang telah menggunakan
diperlukan layanan yang terpadu untuk membawa mereka kembali ke tengah
masyarakat. Layanan tersebut rumit dan memerlukan upaya jangka panjang, tetapi
semua upaya itu patut kita kerjakan karena sebagian masa depan Indonesia ada
di tangan mereka mereka.
0 komentar:
Posting Komentar